Bandar Lampung, Mei 2014
Assalamualaikum
wr wb
#Terucap
syukur dan berdecak kagum tiada henti, setelah lama menunggu akhirnya datang
juga.
Hari ini
saya mengagendakan sebuah workshop bedah buku trilogy Negeri 5 Menara (11/05).
Siapa yang tak kenal Ahmad Fuadi (Alif Fikri Chaniago), sang penulis novel best
seller, peraih 9 beasiswa untuk belajar di luar negeri, buku karangannya
menjadi modul wajib pada universitas terbaik dunia, karya sarat makna dan banyak
kisah motivasi yang di tuangkan dalam novel tersebut . Bagi saya pribadi, Alif
bukan sekadar seorang tokoh dalam kisah viksi, ia juga seorang jurnalis
internasional, hal inilah yang membuat saya kagum dengan karya
triloginya, karena pada novel yang ia sajikan berisi kisah pribadi dengan
tambahan kisah viktif dalam menceritakan
kisahnya meraih impian besar dengan perjuangan hebat.
Kisahnya
bermula ketika ibunda Alif menginginkan Alif melanjutkan sekolah di sekolah agama. Hal
ini tentunya bertentangan dengan keinginannya untuk bersekolah di SMU agar bisa mendaftar di ITB.
Alif bercita-cita seperti Pak Habibie. Ibunda Alif berusaha mengesampingkan ego
anaknya dan egonya sebagai orang tua. Ibunda Alif memikirkan ummat. Memikirkan
masyarakat. Siapa lagi yang bisa diharapkan selain Alif. Ibunda Alif memikirkan
hidup matinya Alif harus bisa bermanfaat bagi kepentingan ummat. Bukan
kepentingan keluarga atau keinginan orang tua semata. Ibunda Alif bahkan
menyandingkan foto anaknya itu di sebelah foto Hatta dan Buya Hamka. Berharap
Alif bisa mengikuti jejak kesederhanaan Hatta dan menguasai ilmu agama seperti Hamka.
Kemudian
muncul seorang tokoh yang sangat mengherankan Alif dan teman-teman sekelasnya ketika
baru memulai studinya di pondok Madani, ustad Salman. beliau sering sekali
memotivasi murid-muridnya dengan kata-kata luar biasa. Banyak sekali syair
indah berawakkan ketimur-timuran. kalimat hebat pertama kali yang ia gemakan di
hadapan para muridnya saat itu adalah "Man Jadda wa Jadda" siapa yang
bersungguh-sungguh dia akan berhasil. Dan disinilah Alif menemukan sahabat baru
yang membawanya untuk bertahan di pondok madani dan menggapai impiannya.
Bermodalkan
sebuah pena, kertas, dan sebongkah hati, ia kisahkan dalam rangkuman novel yang
menarik dan dinikmati oleh semua kalangan.
Meskipun
saya sudah membaca novel dan menonton film layar lebarnya via Leptop dan TV
tapi tetap saja saya masih kurang puas dengan itu semua jika belum bertemu dan
berinteraktif langsung dengan sang penulis. Maka dalam kesempatan kali ini,
Rois FMIPA Universitas Lampung mengadakan serangkaian acara menarik, salah
satunya adalah bedah buku Negeri 5 Menara, menghadirkan penulisnya langsung dapat
menambah semangat untuk lebih bersungguh-sungguh menggapai impian. "Man
jadda wa jadda". kalimat Hebat, luar biasa, saya gemetar ketika sama-sama
meneriakan mantera itu, mantera yang membawa diri ini melihat cita-cita
setinggi langit menjadi sangat dekat, impian yang membuat banyak orang
mengatakan
"ga
mungkin",
"mana
bisa kamu meraih itu",
"sangat
sulit bagimu teman",
"kayak
bisa aja" -__-,
atau
kalimat-kalimat lainnnya yang bernada meremehkan impian.
Harusnya
kita semua memiliki mimpi yang hebat, karena di dunia ini tempat kita, tempat
untuk berkarya, tempat menjajaki cita-cita, di dunia ini merupakan tempat untuk
menyaksikan impian-impian terwujud. Mengapa harus bermimpi? Karena mimpi
merupakan bentuk kehidupan, tanpa impian di sertai doa dan usaha tidaklah ada
hasil, bukankah Allah SWT pun tak pernah meremehkan harapan/cita-cita hambanya,
bahkan Allah maha mendengar setiap ucapan hambanya.
Yakinlah,
impian sehebat apapun, seaneh apapun, semustahil apapun, Allah pasti
mendengarnya, sehingga kita semua tak perlu takut akan memiliki cita-cita
tinggi. Yakinlah, Allah akan mengabulkan doa dan harapan hambaNya, dengan cara
"Man jadda wa jadda".
Sekian, kisahnya.
ada pesan singkat dari catatan kecil yang saya tulis. "Buku yang baik,
bukan buku dengan tulisan Best Seller/terlaris dengan jutaan kopi habis terjual
dalam waktu singkat. tapi buku yang baik yaitu buku yang bermanfaat bagi orang
banyak. Begitupun cita-cita, sehebat apapun cita-citamu kelak mesti bermanfaat
bagi umat" ( A. Fuadi, 2014).
Lirik Lagu Yovie and Nuno - Man Jadda Wajada (Ost. Negeri 5 Menara)
setiap nafasku
di dalam detak jantung
tak pernah aku meragu
hanya engkau yang di hatiku
berlelah-lelah dahulu
bersenang-senang kemudian
tiada suatu yang besar
tanpa perjuangan yang hebat
man jadda wajada, man jadda wajada
man jadda wajada, man jadda wajada
air yang mengalir jernih
tak akan keruh menggenang
jangan surutkan langkah
yakin dan penuh ketulusan
man jadda wajada, man jadda wajada
man jadda wajada, man jadda wajada
siapa yang sungguh-sungguh dia kan berhasil
siapa yang sungguh-sungguh dia kan berhasil
malam berteman bintang
siang sang matahari
takkan ku patah arang
hadapi semua rintangan
siapa yang sungguh-sungguh dia kan berhasil
siapa yang sungguh-sungguh dia kan berhasil
man jadda wajada, man jadda wajada
man jadda wajada, man jadda wajada
courtesy of lirik-lagu-dunia.blogspot.com
siapa yang sungguh-sungguh dia kan berhasil
siapa yang sungguh-sungguh dia kan berhasil
siapa yang sungguh-sungguh dia kan berhasil
siapa yang sungguh-sungguh dia kan berhasil
man jadda wajada, man jadda wajada
man jadda wajada, man jadda wajada
Komentar
Posting Komentar