Langsung ke konten utama

Menemukan Rasa Indonesia di Ujung Perbatasan


 Apa yang kalian pikirkan ketika mendengar kata Perbatasan Indonesia?
mungkin sebagian orang berpikir, mereka memiliki rasa nasionalisme yang rendah..
yah memang begitu mungkin adanya, pengaruh negara luar lebih mereka ketahui dibandingkan dengan  perihal yang dimiliki Indonesia. jadi tidak heran ketika melihat tiang bendera negara lain terlihat lebih tinggi dibanding tiang bendera Indonesia. semula saya berfikir, mungkin ini karena pengaruh piala dunia yang baru usai pertengahan juli kemarin. namun menurut orang asli perbatasan berkata, bukan. ini sudah menjadi kebiasaan mereka mencintai negara lain, "Nona lihat sendiri, semua ornamen di lingkungan tempat tinggal Beta identik dengan negara lain".
tapi saya masih tetap tidak percaya dan akan saya cari, pasti ada kebiasaan orang Indonesia pada umumnya meskipun mereka tinggal di daerah perbatasan.

Pagi hari, kebiasaan jalan pagi  yang rutin saya kerjakan, kemanapun. khusus di sini, Pulau Larat, saya  membawa teropong binokuler, handpone lengkap dengan tongsis dan uang saku secukupnya, menemani saya berjalan sendirian keluar dari Mess.
sambil berjalan dan selfi selfi. Sebagai pendatang yang santun, tiap ada orang lewat saya sapa. "Permsi" atau "selamat pagi" sampai akhirnya saya bertemu dengan keluarga bapak Siarmasa, penduduk asli suku Tanimbar. Berawal dari saling sapa di jalan, saya dan pak Siar beserta ibu Tin Istrinya dan Rafa cucu nya kami jalan-jalan pagi menuju pelabuhan. Awalnya saya tidak punya tujuan mau jalan-jalan pagi kemana akhirnya ikut jalan dengan mereka. Menyenangkan, sepanjang perjalanan kami bercerita baanyaakk hal mengalir begitu saja. sampai di Pelabuhan kami berfoto bersama, menyapa para nelayan yang giat mengangkut barang yang akan menyeberang ke pulau sebelah. Kemeudian kami lanjut berjalan ke pasar yang dekat dengan pelabuhan. Mentari yang seharusnya sudah muncul dengan teriknya tidak terlihat karena saat itu sudah masuk musim penghujan,matahari tertutup awan mendung kemudian perlahan turun rintik-rintik hujan. Untung saja bu Tin bawa payung dan kami memutuskan untuk tidak berlama-lama di sana karena saya akan pulang pagi ini ke Saumlaki-Ambon-Jakarta-Bogor. Tak disangka, dalam perjalan pulang pak Siar bilang akan mengantarkan saya hingga ke Mess, padahal jarak antar rumahnya cukup jauh. "saya antar ose sampai ke Mess, ose tidak boleh jalan sendirian. bukan karena disini tidak aman, tapi kita harus ramah ke semua orang to, apalagi ose datang jauh-jauh ke kampung kami punya tugas khusus. supaya ose juga tidak bosan datang kemari lagi to"
meleleh saya, senang sekali jalan-jalan pagi ada yang menemani dengan ramahnya.

mungkin ini kebiasaan orang Indonesia pada umumnya yang saya cari di daerah perbatasan. keramahan pak siar dan keluarga cerminan masyarakat Indonesia, banyak sekali perbedaan antara keluarga pak siar dengan saya mulai dari suku, agama, budaya, usia, dan lain sebagainya tapi atas nama Indonesia kami jadi warga negara yang satu, Negara Persatuan, Negara Indonesia dan itu tentu saja bagian dari nasionalisme.








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Petunjuk Pelaksanaan & petunjuk tertulis Lomba Mewarnai, Menggambar, dan melengkapi Gambar SD

Petunjuk Pelaksanaan Tema kegiatan            : “Ja galah Tanah dan Air untuk Masa Depan .” Kegiatan ini dilaksanakan pada       :                                                                                                                  Hari/Tanggal    : Minggu , 27 April 201 4 Waktu              : Pkl. 0 7 . 3 0 – 10. 3 0 WIB Tempat             : Pelataran Parkir Laboratorium Biologi I (LBI) FMIPA Unila Pendaftaran peserta tanggal 1 Maret – 26 April 201 4 . Menyerahkan formulir pendaftaran paling lambat 26 April 201 4 pada jam kerja (Pkl. 08.00 – 15.00 WIB). Membayar uang pendaftaran sebesar Rp 40 .000 Peserta telah memenuhi ketentuan administrasi dan terdaftar. Peserta wajib berada di tempat 30 menit sebelum waktu pelaksanaan lomba dimulai. Peserta wajib mengenakan tanda peserta. Peserta diusahakan memakai pakaian seragam sekolah. Peserta wajib mengikuti semua peraturan pelaksanaan lomba, yaitu : -    

Menjaga Ekosistem Pantai dan Laut Demi Keanekaragaman Makhluk Hidup

Klub selam Anemon Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung (FMIPA-Unila) mengadakan kegiatan Coral and Coastal Clean Up (CCCU) 2015 di Teluk Pengantin, Pulau Tegal kabupaten Pesawaran provinsi Lampung pada 27/02 - 01/03. Hamparan pasir putih dan terhalus di provinsi Lampung, serta air laut yang biru dan jernih memperlihatkan bibir pantai berkarang indah terlihat dari kejauhan. Pulau kecil berpenghuni 33 kepala keluarga ini menyajikan bibir pantai untuk dinikmati keindahannya. Dalam rangkaian kegiatan tersebut ada beberapa kegiatan diantanya adalah bersih-bersih pantai dan laut di lingkungan pesisir pantai Teluk Pengantin dari garis pantai yang biasa dilalui dengan panjang berkisar 150 M. Menurut ketua pelaksana kegiatan, Arif Rahmat Dwi Putra menjelaskan pentingnya menjaga ekosistem laut dan pantai dari kerusakan. Penyebab utama kerusakan tersebut adalah sampah. “keberadaan sampah yang tersangkut di daerah terumbu karang tentu sangat menggangg

Hidup Layaknya Sang Ikan Salmon

Azan kembali berkumandang, senja yang ku nikmati sesaat sudah merayap hitam bertabur kerlip bintang dan si cantik rembulan malu-malu memancarkan cahaya. Disela istirahatku yang singkat, sudah saya rencanakan beberapa agenda setelah shalat isya dan makan malam bersama teman kos, saya merencanakan untuk menulis sebuah catatan tentang hidup, hidup layaknya sang ikan salmon. Kenapa ikan salmon? Begini kisahnya: Ada sebuah cerita dari nelayan Jepang yang mencari ikan di tengah lautan luas. Lautan tersebut cukup jauh dari daratan. Mereka menangkap ikan–ikan salmon untuk dibawa ke daratan. Orang–orang jepang tentu menginginkan ikan yang segar namun ikan salmon yang dibawa para nelayan tersebut telah mati ketika sampai di daratan sehingga tidak segar lagi. Hal ini membuat para nelayan berpikir bagaimana caranya agar ikan yang ditangkap di lautan tidak mati ketika sampai di daratan. “Ah… Mungkin kita harus menaruh ikan-ikan hasil tangkapan di bak berisi air dalam kapal supaya ikan